Review Film Parasite (2020), Benarkah Orang Miskin Tercium dari Bau Badannya?
Sigma GenZ - Film Parasite (judul asli: 기생충, Gisaengchung) adalah mahakarya dari sutradara berbakat Korea Selatan, Bong Joon-ho, yang dirilis pada tahun 2019 (dan memenangkan banyak penghargaan di tahun 2020). Film ini adalah sebuah peluru tajam yang menembus jantung kapitalisme, penuh sindiran sosial, ironi, dan jenaka kelam yang membuat siapa saja yang menontonnya merenung sambil berkata, "Apakah kita semua ini sebenarnya parasit?"
Mari kita bahas dulu siapa saja yang berada di balik keajaiban ini. Sebelumnya harap dipahami, artikel ini mengandung spoiler dari film Parasite 2020. Berminat melanjutkan? Ingat Anda sudah diperingatkan.
Film ini dibintangi oleh Song Kang-ho (sebagai Ki-taek), Cho Yeo-jeong (sebagai Yeon-kyo), Park So-dam (sebagai Ki-jung), dan Choi Woo-shik (sebagai Ki-woo). Dalam waktu singkat, film ini menjadi fenomena global, mencetak sejarah sebagai film non-Inggris pertama yang memenangkan Best Picture di Academy Awards. Tidak cukup di situ, Bong Joon-ho juga membawa pulang piala untuk Sutradara Terbaik, Skenario Asli Terbaik, dan Film Internasional Terbaik.
Latar cerita berkisar pada dua keluarga: keluarga Kim, yang miskin tapi penuh akal licik, dan keluarga Park, yang kaya tapi naif dan hidup di gelembung kenyamanan mereka.
Dari ruang bawah tanah yang gelap dan lembap tempat keluarga Kim tinggal, hingga rumah mewah berarsitektur modern milik keluarga Park, film ini secara visual memperlihatkan jurang sosial yang menganga antara yang kaya dan miskin. Sebuah jurang yang, bukannya ditutup, justru digali semakin dalam oleh sistem kapitalisme yang memihak segelintir orang.
review film Parasite (2020) |
Cerita yang Menelanjangi Kapitalisme
Pada dasarnya, Parasite adalah cermin bagi masyarakat modern. Keluarga Kim adalah simbol dari kelas bawah yang mencoba bertahan hidup di dunia yang tidak pernah adil. Mereka terpaksa menggunakan kecerdikan mereka untuk "merangsek naik" ke rumah keluarga Park, secara harfiah dan metaforis. Namun, alih-alih merayakan kesuksesan mereka, film ini dengan brutal mengingatkan kita bahwa sistem sosial yang timpang tidak akan pernah benar-benar memberi ruang bagi mereka yang berada di bawah.
Kita bisa melihat ini ketika keluarga Kim menjadi semacam "parasite" bagi keluarga Park, menyusup ke dalam kehidupan mereka satu per satu. Tetapi apakah benar keluarga Kim adalah parasit? Atau justru keluarga Park yang, dengan kekayaan mereka, menjadi parasit yang sesungguhnya, menghisap tenaga, keringat, dan martabat dari kelas pekerja? Dalam dunia Parasite, tidak ada jawaban yang sederhana. Semua orang adalah korban dan pelaku dalam sistem kapitalisme yang bengkok.
Ilfitrasi Si Miskin Ke Istana Sang Borjuis
Proses keluarga Kim menyusup ke dalam kehidupan keluarga Park adalah inti dari narasi film ini. Semua bermula ketika Ki-woo, anak laki-laki keluarga Kim, mendapatkan kesempatan emas menjadi guru les privat untuk Da-hye, putri keluarga Park. Kesempatan ini datang melalui rekomendasi temannya yang meninggalkan pekerjaan tersebut untuk melanjutkan studi di luar negeri. Dengan memalsukan ijazah universitas, Ki-woo berhasil meyakinkan keluarga Park bahwa ia adalah seorang tutor yang berpendidikan tinggi dan dapat dipercaya. Ia mengubah dirinya menjadi seorang guru yang pintar, soft spoken dan mampu menarik simpati.
Langkah pertama ini membuka jalan bagi seluruh anggota keluarga Kim untuk masuk ke rumah keluarga Park satu per satu. Ki-woo merekomendasikan adiknya, Ki-jung, sebagai guru seni untuk putra bungsu keluarga Park, Da-song. Dengan kecerdasan dan manipulasi yang terencana, Ki-jung menciptakan situasi yang membuat posisi sopir lama keluarga Park menjadi rentan, hingga akhirnya digantikan oleh ayah mereka, Ki-taek. Tidak berhenti di situ, mereka juga berhasil menyingkirkan pembantu rumah tangga yang telah lama bekerja di keluarga Park, dan menggantikannya dengan ibu mereka, Chung-sook.
Strategi keluarga Kim sangat licik dan penuh intrik. Mereka menciptakan narasi palsu, mengatur situasi yang tampak seperti kebetulan, dan memainkan emosi keluarga Park yang polos. Misalnya, mereka memanfaatkan alergi serius pembantu lama terhadap buah persik untuk menciptakan skenario bahwa pembantu tersebut mengidap penyakit menular, sehingga keluarga Park terpaksa menganggapnya red flag kemudian memecatnya.
Dengan metode ini, seluruh anggota keluarga Kim berhasil bekerja di rumah keluarga Park tanpa ada yang tahu bahwa mereka saling berhubungan. Mereka menciptakan citra profesional yang sempurna, sementara di balik layar, mereka memanfaatkan kebaikan dan kepercayaan keluarga Park untuk keuntungan mereka sendiri.
Sindiran Sosial yang Membakar
Bong Joon-ho dengan lihai menyoroti masalah-masalah seperti ketidakadilan ekonomi, kemiskinan, dan bias kelas. Ada adegan yang sangat menggigit ketika Yeon-kyo, ibu keluarga Park, mengomentari bahwa bau keluarga Kim terasa aneh dan "berbeda." Sebuah pernyataan yang terdengar sepele, tetapi sarat dengan bias kelas. Bau itu bukan hanya bau fisik, tetapi bau dari ketertindasan dan perjuangan mereka yang hidup di dasar masyarakat. Kapitalisme bukan hanya menciptakan ketimpangan ekonomi, tetapi juga menjadikan ketimpangan itu sesuatu yang tercium, terlihat, dan terasa.
Dan bagaimana dengan pemerintah? Dalam film ini, pemerintah tidak hadir, seolah mereka adalah tamu yang tidak diundang dalam pesta kapitalisme ini. Kehadiran pemerintah mungkin hanya terasa ketika hujan deras datang, membanjiri ruang bawah tanah keluarga Kim, menghancurkan barang-barang mereka, dan menyapu pergi sisa-sisa harapan mereka. Ya, pemerintah ada—hanya untuk memastikan bahwa mereka yang miskin tetap basah kuyup.
Ironi yang Memilukan dan Jenaka
Salah satu kekuatan Parasite adalah kemampuannya menggabungkan tragedi dan komedi. Kita tertawa melihat trik keluarga Kim untuk mendapatkan pekerjaan di rumah keluarga Park, tetapi tawa itu segera berubah menjadi kecemasan ketika plot berkembang. Film ini membuat kita tertawa, tetapi tawa itu adalah tawa getir, tawa yang menyadarkan kita bahwa sistem ini rusak. Kita semua adalah pelaku dan korban dalam komedi tragis kapitalisme ini.
Pesan untuk Masyarakat dan Pemerintah
Film ini adalah pengingat bahwa ketimpangan sosial bukan hanya statistik di atas kertas, melainkan realitas yang dialami oleh jutaan orang setiap hari. Dalam dunia yang ideal, tidak akan ada keluarga Kim yang terpaksa menggunakan kebohongan untuk bertahan hidup, dan tidak akan ada keluarga Park yang hidup tanpa menyadari beban di pundak orang-orang yang membantu mereka.
Bagi masyarakat, Parasite adalah cermin yang menantang kita untuk bertanya: Apakah kita juga bagian dari sistem yang menindas? Apakah kita terlalu nyaman dengan gelembung kita hingga lupa bahwa ada orang lain yang hidup di bawah kita? Dan bagi pemerintah, film ini adalah teguran keras: Anda telah gagal menciptakan dunia yang adil. Jangan hanya duduk di kursi kekuasaan sambil menonton film ini dan berkata, “Bagus sekali,” tetapi bertindaklah!
Akankah Kita Berubah?
Parasite adalah film yang menghibur, tetapi lebih dari itu, ia adalah sebuah manifesto sosial yang menyamar. Bong Joon-ho, dengan jenaka dan brutal, menelanjangi semua kebobrokan dunia modern. Dan pada akhirnya, ia tidak memberikan solusi. Karena solusi tidak akan datang dari layar bioskop; solusi ada di tangan kita semua.
Jadi, setelah menonton Parasite, tanyakan pada diri Anda: Apakah saya akan tetap menjadi penonton pasif, atau saya akan mulai berbuat sesuatu? Apakah kita akan terus menjadi parasit satu sama lain, atau kita akan belajar untuk hidup berdampingan dalam keadilan dan kesetaraan?
Film ini tidak hanya pantas untuk diapresiasi, tetapi juga pantas untuk menjadi bahan renungan panjang kita semua. Selamat merenung, selamat berubah—atau tidak, karena sistem ini, sayangnya, mungkin terlalu nyaman untuk diganggu.
Pada akhirnya, Parasite menanyakan pertanyaan mendasar: siapa sebenarnya parasit dalam cerita ini? Apakah keluarga Kim, yang menyusup ke rumah keluarga Park? Atau keluarga Park, yang tanpa sadar hidup dari keringat orang lain? Jawabannya adalah: keduanya. Dalam sistem kapitalisme, semua orang adalah parasit, dan kapitalisme adalah inangnya.
Bong Joon-ho tidak memberikan solusi. Dia hanya menyoroti kenyataan pahit bahwa sistem ini rusak. Namun, film ini adalah ajakan untuk merenung: apakah kita akan terus menjadi penonton pasif, atau mulai bertindak? Jangan hanya menonton Parasite dan berkata, “Wah, keren,” lalu kembali ke rutinitas. Gunakan momen ini untuk bertanya: apakah saya juga bagian dari masalah ini?
Parasite adalah karya seni yang tak hanya menghibur, tetapi juga menantang kita untuk berpikir, berubah, dan—kalau bisa—berbuat sesuatu. Meski kurang tepat jika disebut film distopia, namun realita yang diperlihatkan cukup memprihatinkan dan mengerikan. Apakah kita setuju untuk melanggengkan kemiskinan? Atau mau melawannya. Sebab jika tidak, kita semua hanyalah parasit dalam ekosistem kapitalisme yang membusuk. (Sigmagenz.id)
12 komentar untuk "Review Film Parasite (2020), Benarkah Orang Miskin Tercium dari Bau Badannya?"
Terimakasih ini spoiler parasit nya. Banyak pelajaran hidup yang busa kita dapat ya
Coba deh perhatikan merek yang kalangan atas, emang ada sampe yang dekat banget? Nggak. karena mereka pun membatasi pergaulan mereka dengan yang segolong mereka. Begitu pun kaum bawah..
Setelah orang menonton dan berpendapat wow keren dll sepertinya kurang peka hatinya. Karena apa yang ditampilkan di film ini nyata ada di sekitar kita. Mestinya membuat kita untuk berpikir, berubah, dan setidaknya berbuat sesuatu.
walau dapat banyak penghargaan dan diperankan aktris/aktor idola saya seperti Choi Woo-Sik , Park So-Dam, almarhum Lee Sun-Kyun dan aktris berani Cho Yeo-Jeong
Mungkin karena kelicikan mereka bikin saya nangis dan gak tega
Bukan hanya dibintangi aktor ternama yang memang biasa main film, tapi juga ada back story terkait isu sosial, politik dan yang relate banget sama kehidupan sehari-hari.
Potret keluarga "Si kaya" dan "Si miskin" dengan segala ketimpangannya, pasti kita alami di kehidupan sehari-hari.
Tapi aku rada ga setuju sih yaa..
Jadi sulit percaya sama orang kalo meyakini parasite seperti kehidupan keluarga di kota besar. Gimana pun, kalau orang baik, pasti ketemuanya orang baik yaa.. dan kalau berbuat gak baik, pasti ada balasannya.
Eh iya sih yaa... pas juga sama endingnya Pak Ki-taek yang berusaha hidup enak di rumah keluarga si kaya.